Menulis Semudah Ceplok Telur
Menulis
Semudah Ceplok Telur
“Pertemuan
adalah takdir dan setiap pertemuan selalu membawa kita ke takdir yang lain”
Sepenggal
kalimat penuh makna membersamai kelas belajar menulis PGRI malam ini. Sebuah
pertemuan di awal bulan April lalu tidak terasa sudah akan berakhir. Selama 3 bulan
kami belajar bersama para narasumber hebat yang sangat menginspirasi. Menimba
ilmu bersama dengan impian dan tujuan yang sama kami para guru yang sedang
belajar menulis, guru yang ingin menorehkan sejarahnya sendiri melalui sebuah
tulisan. Para guru yang akan menemui takdirnya masing-masing setelah
berakhirnya kelas ini. Sungguh tak ingin mengucapkan kata berpisah.
Takdir membawa
kami untuk bertemu dengan narasumber hebat yang berasal dari timur Indonesia
yaitu ibu Dra. Lilis Ika Herpianti
Sutikno, SH. Beliau adalah seorang guru inspiratif dari SMP Negeri 2 Nekamese
Kabupaten Kupang NTT. Lahir di Surabaya 11 Maret 1969. Membaca profil beliau
banyak prestasi yang beliau torehkan dalam bidang literasi dan Pendidikan.
Salah satu prestasinya adalah sebagai juara kedua lomba guru tingkat nasional
tahun 2015. Dengan motto hidupnya “Sebaik baik manusia adalah jika dalam
hidupnya selalu bermanfat untuk umat”.
Beliau menutup
pertemuan terakhir kelas belajar menulis dengan sebuah tema yang sangat
memotivasi bagaimana menulis itu mudah “ Menulis semudah ceplok telur”. Beliau
mengungkapkan bahwa dari kelas belajar menulis ini juga beliau menjadi besar
dan dikenal banyak guru-guru seindonesia. Kelas ini telah memberikan inspirasi pada bu Lilis untuk
memberikan tongkat estafet kepada penulis muda berbakat di NTT dengan nama
kelas WAG MBI ( Kelas belajar menulis pasti menjadi buku ber ISBN)
Di awal materi
beliau memberikan sebuah kalimat motivasi
untuk kami bahwa “Apa yang kamu lakukan akan berdampak.”
Maka lakukanlah suatu hal yang baik agar berdampak baik juga. Naah bagaimana
dengan kita dalam belajar menulis. Apa
yang sudah kita lakukan?. Menurut beliau mulailah menulis dengan hati, mulailah
menulis dengan apa yang kita rasakan. Bebas mau menulis tentang apa yang
penting nulis dulu.
Bagaimana
menulis itu bisa semudah ceplok telur? Bu Lilis akan berbagi kiat suksesnya. Menurut beliau pertama sekali harus dimiliki adalah adanya kemauan dulu
untuk menulis. Kalo sudah ada kemauan pasti ada jalan. Jangan pernah berpikir
ini itu yang bisa membuat jalan kita terhambat bahkan tidak bisa jalan. Yang
membuat ragu-ragu itu sebenarnya adalah diri sendiri. Musuh terbesar itu adalah
ketakutan pada diri sendiri. Buanglah rasa takut yakinkan bahwa kita bisa.
Kemudian yang kedua
perbanyaklah membaca, jangan bermimpi jadi penulis kalau kita tidak mau
membaca. Seiring dengan apa yang disampaikan oleh para narasumber kita
sebelumnya bahwa membaca itu penting dan
tidak bisa dipisahkan dari aktivitas menulis. Beliau sendiri merasakan bahwa
tulisannya adalah hasil dari ketekunannya membaca. Selama pemaparan materi ini beliau mempersilahkan
untuk mampir di blog beliau http://www.guruinspirasintt.com/2020/04/menulis-buku-semudah-membuat-ceplok.html
Dalam
blognya kita bisa menyimak bagaimana
perjuangannya dalam menghasilkan karya lewat sebuah tulisan. Beliau mengatakan bagaimana
semua pengalaman hidup kita yang tampaknya biasa biasa saja, tetapi bisa menginspirasi
orang lain ketika kita mau menuliskannya. Jadi sayang sekali kalau pengalaman
tersebut hanya disimpan dalam pikiran,
maka tuliskanlah !!
Selanjutnya bu Lilis
menuturkan pengetahuan adalah hal paling penting. Bahkan itulah inti dari
hidup. Orang tanpa pengetahuan, sesungguhnya dia tidak pernah hidup. Karena Allah
adalah sumber pengetahuan, awal dan akhir pengetahuan. Mulailah berani belajar
menulis. Belajar dalam komunitas menulis yang membawa bapak ibu menjadi penulis
buku ber ISBN.
Dalam sesi tanya
jawab beliau memberikan beberapa tips terkait menulis semudah ceplok telur. Bu Lilis
suka menulis buku antologi, karena itu beliau membuat komunitas sendiri dengan
menulis antologi. Kemudian bagaimana kiat membangunkan ide dalam menulis beliau
dulunya juga sulit menulis, lalu hobi menulis di facebook. Narasi dalam tulisan
beliau mengalir saja. Intinya tulis, tulis dan tulis apa yang terlintas
dipikiran.
Semakin banyak
kita menulis, kita juga lebih banyak membaca dan ketika kita banyak membaca,
dari sanalah kita tahu, bahwa kita belum tau apa-apa sama sekali. Beliau mengatur
waktu menulisnya setiap selesai shalat tahajjud atau waktu subuh. Menulis dalam
keadaan suci (berwudhu) membantu otak kita berpikir jernih, sehingga ide mengalir
dengan lancar. Ketika dalam menulis mungkin saja kita mengalami kemacetan ide
atau berhenti di tengah jalan. Kuncinya dalam menulis jangan ragu-ragu lalu
hapus , tetapi biarkan saja dulu tulisan kita walaupun belum rampung, biarkan
sebentar, nanti akan ada waktu untuk menyelesaikannya.
Rasa takut pada
diri sendiri itu muncul dari dalam hati kita. Untuk membuang itu semua cobalah
menulis dari hati. Tulislah tentang diri kita sendiri, lingkungan, apa yang
kita sukai tulislah. Ketika tulisan itu selesai lenyaplah beban dihati kita.
Malam ini kami
mendapatkan suntikan motivasi dari bunda Lilis. Bagaimana menulis itu mudah
semudah ceplok telur. Menulis adalah luapan rasa cinta yang tak sampai, agar
cinta kita tersampaikan dengan sempurna maka menulislah, menulis adalah berteriak
pada dunia tanpa bersuara. Maka menulislah agar dunia tahu siapa dirimu. Semangat
luar biasa yang beliau transfer kepada para peserta. Terimakasih bu Lilis atas
ilmu yang sangat berharga menutup pertemuan terakhir kami dengan manis di kelas
belajar menulis PGRI Gelombang 18.
Terimakasih kepada
Om Jay, Bu Kanjeng, Bu Aam, Pak Brian, Bu Ditta, Mr. Bams, Bu Rita, Pak Aji
semua narasumber dan kru hebat kelas menulis yang tidak bisa saya sebutkan satu
persatu. Terimakasih juga untuk semua sahabat bapak ibu hebat di gelombang 18
ini yang selalu saling support dan memberikan semangat. Sungguh takdir baik
telah mempertemukan kita disini. Semoga apa yang kita niatkan, dan kita tujukan
selama ini bisa tercapai menjadi seorang guru penulis yang bisa menginspirasi
banyak orang. Aamiin ..
Tahukah,
rindu berasal dari pertemuan yang sedikit dan kenangan indah yang lebih banyak
Matahari
mengajarkan kita bahwa pada setiap pertemuan yang hangat terdapat perpisahan
yang indah (senja)
Sayonara….
Muaro Sijunjung, 21 Juni 2021
Weni Elisa, S.Pd
Resume : ke 29
Gelombang : 18
Tema : Menulis Semudah Ceplok Telur
Narasumber : Ibu Lilis Sutikno
Mantaap tulisannya bu Weni. Saya selalu menunggu tulisan bu Weni.
BalasHapusMakasih bu may sahabat yg selalu support tulisan saya semoga silaturahmi kita tetap terjaga ya π€...sungguh tidak rela akan berpisah di kelas ini....
HapusMantap resumenya bu. πππ
BalasHapusMakasih sudah mampir bu farida....πππ
Hapus